Senin, 25 Mei 2015

ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM

ANATOMI DAN DESAIN KURIKULUM
A.    Komponen-komponen kurikulum
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuain atau relevasi. Kesesuaian ini meliputi dua hal. Pertama kesesuaian antara kurikulum dengan tuntunan, kebutuhan, kondisi dan perkembangan masyarakat.kedua kesesuian antar komponen-komponen kurikulum, yaitu isi sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai dengan proses , isi dan tujuan kurikulum.
1.      Tujuan
Pertama, perkembangan tuntunan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filsofis, terutama falsafah negara. Kita mengenal beberapa kategori tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum dan khusus, jangka panjang,menengah, dan jangka pendek.
2.         Bahan ajar
Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar, yang mencakup komponen-komponen: tujuan khusus, sekuens bahan ajaran, strategis mengajar, media dan sumber belajar, serta evaluasi hasil belajar. Karena perumusan tujuan khusus strategis, dan evaluasi hasil mengajar dibahas secara tersendiri, maka dalam bagian ini yang akan diuraikan hanya sekuens bahan ajar.
3 .Strategis mengajar
Penyusun sekuens bahan ajar berhubungan erat dengan strategis atau metode mengajar. Pada waktu guru menyusun sekuens suatu bahan ajar, ia juga harus memikirkan strategis mengajar mana yang sesuai untuk mengkaji bahan ajar dengan ututan seperti itu.
4.Media mengajar
Media mengajar merupakan segala mecam bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar. Perumusan di atas menggambarkan pengertian media yang cukup luas, mencakup berbagai bentuk perangsang belajar yang sering disebut sebagai audio visual aid, serta berbagai bentuk alat penyaji perangsang belajar, berupa alat-alat elektronika seperti mesin pengajaran, film, audio caseette, video cassette, televisi, dan komputer.
5.evaluasi pengajaran
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategis mengajar, dan media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi ditunjukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan.
1.      Penyempurnaan pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan hasil bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut.
B.     Desain kurikulum
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikuum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sususnan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah :
1). Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah , satu terlepas dari yang lainnya.
2). Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
3). Kurikulum ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman para peserta didik.
4). Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan kesukaran di dalam mempelajari dan menggunakanya.
5). Kurikulum lebih mengutamakan is dan kurang memperhatikan cara penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang menyebabkan peranan siswa pasif.
1.      Penyempurnaan pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar, maupun evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan, merupakan umpan hasil bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut.
2.      Learner –centered design
Ada dua ciri utama yang membedakan desain model learner centred dengan subject centered. Pertama, learner centered design menggembangkan kurikulum dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi.kedua, learner conteres bersifat not –preplanned ( kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya ) tetapi dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaian tugas-tugas pendidikan.
3.      Problem centered design

Konsep-konsep ini menjadi landasan pula dalan  pendidikan dan pengembangan kurikulum. Berbeda dengan learner centered, kurikulum mereka disusun sebelumnya ( preplanned ). Isi kurikulum berupa masalah-masalah sosial yang dihadapi peserta didik sekarang dan yang akan datang. Sekuens bahan disusun berdasarkan kebutuhan, kepentingan dan kemampuan peserta didik.


Mata Kuliah : Pengembangan PKN di SD
Dosen         : Dirgantara Wicaksono, M.Pd

MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM

MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM
A.    Kurikulum subjek akademis
kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik ( perenialisme dan esensialisme ) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu  tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak –banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagaian besar isi pendidikan yang diberikan atau disipkan oleh guru.
Isi pendidikan diambil dari setiap displin ilmu. Sesuai dengan bidang disiplinya para ahi, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis, logis, dan solid. Para pengembangan kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan mengembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan nateri ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya.

Ciri-ciri kurikulum subjek akademik
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses” penelitian”. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi ( dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Ada beberapa pola organisasi isi ( materi pelajaran ) kurikulum subjek akademis.
Pemilihan disiplin ilmu
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaiman memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedkit. Apabila hanya memplajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat terbatas, sukar mnerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas.
Ada beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu :
1.      Mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh ( comprehensiveness) dengan menekan pada bagaimana cara menguji kebenaran atau mendapatkan pengetahuan.
2.      Mengutamakan kebutuhan masyarakat ( social utility ) memilih dan menentukan aspek-aspek dari disiplin ilmu yang sangat diperlukan  dalam kehidupan masyarakat.
3.      Menekankan pengetahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang manjadi dasar ( prerequisite) bagi penguasaan disiplin-disiplin imu yang lainnya.

B.     Kurikulum humanistik
1.      Konsep dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi ( personalized education ) yaitu john dewey ( progressive education ) dan J.J Rousseau ( romatinc education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.
2.      Kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yamg ingin menyatukan segi-segi efektif ( sikap, perasaan, nilai) dengan segi-segi kognitif ( kemampuan intelektual ). Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi efektif). Menurut mereka kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan, dan nilai yang harus dimiliki murid-murid.
3.      Beberapa ciri kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen mempunyai beberapa ciri utama yaitu :
A.    partisipasi.
B.     Intergasi.
C.     Relevansi
D.    Pribadi anak
E.     Tujuan
Dasar dari kurikulum konfluen adalah psikologi gestalt yang menekannkan keutuhan, kesatuan, keseluruhan. Teori yang mendukung pandangan ini adalah eksistensialisme yang memusatkan perhatiannya pada apa yang terjadi sekarang di tempat ini.

4.      Metode-metode belajar konfluen
Para pengembangan kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk berbagai bidang pengajaran. Kurikulum tersebut mencakup tujuan, topik-topik yang akan dipelajari, alat-alat pelajaran, dan buku teks.
Kurikulum perlu merencanakan program untuk membantu para siswa menemukan dan menampakan dirinya. Kurikulum humanistik dapat membantu mereka memperlancar proses aktualisasi diri ini. Melalui berbagai kegiatan pengajaran model humanistik para siswa dapat menyatakan diri,berekspresi, bereksperimen, berbuat, memperoleh umpan balik dan menemukan dirinya.
5.      Karakteristik kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan saja dilakukan oleh guru tetapi juga oleh murid. Guru tidak memaksakan sesuatu yang tidak disengani murid.
C.     Kurikulum rekonstruksi sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional.
Desain kurikulum rekonstruksi sosial
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini.
A)    Asumsi
B)    Masalah-masalah sosial yang mendesak
C)    Pola-pola organisasi
1.      Komponen-komponen kurikulum
a)      Tujuan dan isi kurikulum.Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.Dalam program pendidikan ekonomi-politik,umpamanya untuk tahun pertama tujuannya membangun kembali dunia ekonomi-politik.kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah(1)mengadakan survai secara kritis terhadap masyarakat (2)mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia, (3)engadakan studi tentang latar belakang historis dan kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonomi,ubungannya dengan ekonomi lokalMetode.
b)      Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa.
c)      Evaluasi.Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga libakan.keterlibatan mereka terutama dalam memilih,menyusun,dan menilai bahan yang akan diujikan.
2.      Pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi.pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka.sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat,sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut ,dengan bantuan biaya dari pemerintah sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang-bidang industri.
            Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinannya pada kemampuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pendidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum (pendidikan). Penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang perkembangan dan masalah-masalah sosial berbeda. Kemampuan warga untuk ikut serta dalam memecahkan masalah juga bervariasi.
D.    Teknologi dan Kurikulum
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk yaitu bentuk perngkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).

Pengembangan Kurikulum

Inti dari pengembangan kurikulum teknolgis adalah penekanan pada kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pngajaran dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu.


MATA KULIAH : PENGEMBANGAN PKN DI SD
DOSEN             : DIRGANTARA WICAKSONO, M.Pd

Minggu, 24 Mei 2015

Teknik supervisi pendidikan

TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

A.    Teknik yang bersifat Individual
1.      Perkunjungan Kelas (Classroom Visitation), Kepala sekolah/supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas.
Tujuan dari perkunjungan kelas adalah untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru-guru.
Fungsi dari perkunjungan kelas adalah sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa.
2.      Observasi Kelas (Classroom Observation), Melalui perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar yang sebenarnya. Ada 2 macam observasi kelas antara lain, Observasi langsung dan Observasi tidak langsung.
Tujuan observasi untuk memperoleh data yang subjektif, guru dapat membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
Hal-hal yang perlu di observasi usaha serta kegiatan guru dan murid, lingkungan sosial, fisik sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas dan faktor penunjang lainnya.
3.      Percakapan Pribadi ( individual conference), Dalam percakapan pribadi antara seorang supervisor  dengan seorang guru kedua-duanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru.
Tujuannya yaitu memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-kesulitan yang di hadapi, memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi
4.      Saling Mengunjungi Kelas (Intervisitation), Yang dimaksud dengan intervisitation ialah saling mengunjungi antara guru yang satu kepada yang lain yang sedang mengajar.
Kebaikan-kebaikan intervisitation, memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran, membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar
5.      Menilai Diri Sendiri (Self Evaluation Check List), Self Evaluation Check List merupakan kemampuan untuk menilai diri sendiri dalam hal mengajar. Tipe dari teknik ini yang dapat dipergunakan antara lain berupa: Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan

B.     Teknik-teknik yang bersifat Kelompok
Teknik-teknik yang yang bersifat kelompok ialah tehnik-tehnik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu kelompok.
1.      Pertemuan orientasi bagi guru baru (orientation meeting for new teacher), Pertemuan itu ialah salah satu daripada pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan saja guru baru tapi juga seluruh staf guru.
2.      Panitia Penyelenggara, Para pelaksana yang dibentuk untuk melaksanankan suatu tugas kita sebut sebagai panitia penyelenggara. Panitia ini dalam dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, banyak mendapat pengalaman-pengalaman kerja. Berdasar pengalaman-pengalaman itu guru-guru dapat bertambah dan bertumbuh dalam profesi mengajarnya.
3.      Rapat Guru, Rapat guru sebagai salah satu teknik supervisi untuk memperbaiki situasi belajar dan  mengajar.
4.      Studi Kelompok Antar Guru, Studi ini dilakukan oleh guru-guru dalam mata pelajaran sejenis berkumpul bersama untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan pelajaran. Pokok bahasan telah ditentukan dan diperinci dalam garis-garis besar atau dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pokok yang telah disusun secara teratur.
5.      Diskusi Sebagai Proses Kelompok, Diskusi adalah pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama.
6.      Tukar Menukar Pengalaman (Sharing of Experience), Di dalam teknik ini kita berasumsi bahwa guru-guru adalah orang-orang yang sudah berpengalaman. Melalui perjumpaan diadakan tukar menukar pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain.
Tujuannya yaitu agar guru dapat belajar dari pengalaman temannya dalam membimbing murid.
7.      Lokakarya (Workshop), Workshop adalah tempat yang di dalamnya orang dapat belajar sesuatu dengan jalan menemukan problema yang merintangi kelancaran suatu pekerjaan dan mencari jalan untuk menyelesaikan problema tertentu.
8.      Diskusi Panel, Panel Diskusi (panel discussion) atau disebut juga “forum discussion” atau kadang-kadang disebut ”round table discussion” adalah suatu bentuk diskusi yang dipentaskan di hadapan sejumlah partisipan atau pendengar.
9.      Seminar, Arti asli ialah menabur. Ada dua arti yang biasanya dihubungkan dengan perkataan seminar yaitu, sebagai tempat belajar yang juga disebut seminar dan suatu bentuk mengajar belajar berkelompok di mana sejumlah kecil (antara 10 – 15) orang mengadakan pendalaman atau penyelidikan tersendiri bersama – sama terhadap berbagai masalah dengan dibimbing secara cermat oleh seorang atau lebih pengajar pada waktu tertentu.
Tujuannya untuk mengadakan intensifikasi, integrasi serta applikasi pengetahuan, pengertian dan ketrampilan para anggota kelompok dalam satu latihan yang intensif dengan mendapat bimbingan yang intensif pula.
10.  Simposium, Simposium berasal dari perkataan Yunani purba syn (dengan) dan posis (minum) yang menunjuk kepada salah satu kebiasaan pada jaman itu, di mana setelah suatu pesta berkhir para hadirin tidak segera meninggalkan tempat, akan tetapi duduk-duduk bersandar minum anggur dan menonton tarian-tarian atau mendengarkan musik dengan diselingi pertukaran pikiran, sebagai semacam hiburan intelektual.
Tujuannya mereorganisir pengertian dan pengetahuan tentang aspek-aspek sesuatu pokok masalah, atau untuk mengumpulkan dan memperbandingkan beberapa sudut pandangan yang berbeda-beda tentang pokok masalah tersebut.
11.  Demonstration Teaching, Dikatakan sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu memberi penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik setelah seorang guru yang baik memberikan penjelasan kepada guru-guru yang dikunjungi sebelumnya. Dikatakan sebagai teknik yang bersifat perorangan jika supervisor menggunakan suatu kelas dan memberikan penjelasan tentang teknik mengajar yang baik bagi seorang guru. Demonstrasi mengajar yang baik bukan “berhasil atau tidak” hal itu harus direncanakan dengan teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan suatu kesempatan kepada guru – guru untuk melihat metode – metode mengajar yang baru atau yang berbeda.
12.  Perpustakaan Jabatan, Di setiap sekolah diusahakan perpustakaan jabatan sendiri yang berisi buku-buku, majalah, brosur dan bahan-bahan lainnya yang telah diseleksi dengan teliti mengenai suatu bidang studi, sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman guru dalam profesi mengajar.
13.  Bulletin Supervisi, Supervisi bulletin ialah salah satu alat komunikasi dalam tulisan yang dikeluarkan oleh staf supervisor yang digunakan sebagai alat untuk membantu guru-guru dalam memperbaiki situasi belajar-mengajar.
14.  Membaca Langsung (directed reading), Di sekolah cukup banyak buku – buku sumber yang berhubungan dengan satu bidang studi atau pengetahuan profesi mengajar lainnya, maka teknik yang paling sederhana namun sulit dilaksanakan ialah membaca langsung dan terbimbing.
15.  Mengikuti Kursus, Mengikuti kursus sebenarnya bukan suatu tehnik melainkan suatu alat yang dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan profesi mengajar dan menambah ketrampilan guru dalam memperlengkapi profesi mereka.
16.  Organisasi Jabatan (Professional Organisations), Kelompok-kelompok jabatan yang diorganisir sesuai dengan minat dan masalah yang disukai menjadi salah satu yang paling kuat pengaruhnya untuk in service training baik pusat maupun daerah.
17.  Curriculum Laboratory, Suatu tempat yang dijadikan pusat kegiatan dimana guru-guru memperoleh sumber-sumber materi untuk menambah pengalaman mereka dalam rangka program in service education.
Fungsinya tidak hanya sebagai sumber materi tapi juga sebagai tempat pusat untuk guru-guru mengadakan penelitian, percobaan, dan temapt bekerja sambil belajar untuk memecahkan problema bersama. Tujuannya untuk menyediakan sumber-sumber materi yang berhubungan dengan peningkatan proses belajar mengajar.
18.  Perjalanan Sekolah Untuk Anggota Staf (Field Trips), Menurut sekolah modern, perjalanan sekolah adalah merupakan salah satu alat atau tehnik belajar bagi murid-murid. Tetapi menurut sekolah kolot berpendapat bahwa perjalanan sekolah atau field trip itu diadakan hanya sebagai selingan pelajaran, hanya sebagai cara melepaskan lelah sesudah belajar-mengajar beberapa lamanya.

Nilai-nilai Field Trip yaitu memberi pengalaman langsung, membangkitkan minat baru atau memperkuat minat-minat yang telah ada, memberi motivasi kepada guru menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang ada, dan sebagai suatu penyegaran dalam pembinaan profesi.

Mata Kuliah : Pengembangan PKN di SD
Dosen            : Dirgantara Wicaksono, M.Pd